Bolehkah Ibu Menyusui Minum Minuman Berpermanis Buatan? Simak Penjelasan Dokter

Selasa, 25 Februari 2025 | 03:48:10 WIB
Bolehkah Ibu Menyusui Minum Minuman Berpermanis Buatan? Simak Penjelasan Dokter

JAKARTA - Dalam beberapa dekade terakhir, popularitas minuman berpermanis buatan terus meningkat di kalangan masyarakat, termasuk di antara ibu menyusui. Namun, muncul pertanyaan seputar keamanan dari konsumsi minuman jenis ini bagi ibu yang sedang menyusui. Apakah minuman berpermanis buatan aman untuk dikonsumsi oleh ibu menyusui? Berikut ulasan lengkap berdasarkan pandangan para ahli kesehatan.
Minuman berpermanis buatan adalah minuman yang menggunakan pemanis pengganti gula, seperti aspartam, sakarin, dan sukralosa. Pemanis buatan ini generasi baru telah dirancang untuk menjadi lebih manis daripada gula biasa, tanpa menambahkan kalori ke dalam tubuh. Efeknya yang lebih rendah kalori membuat minuman ini populer di kalangan masyarakat yang ingin menjaga berat badan.

Dr. Sarah Mulyadi, ahli gizi dan dokter anak, menyatakan bahwa ibu menyusui seharusnya berhati-hati dalam mengonsumsi minuman berpermanis buatan. "Meski penelitian menunjukkan bahwa banyak pemanis buatan aman jika dikonsumsi dalam jumlah terbatas, ibu menyusui memiliki tanggung jawab untuk memperhatikan asupan mereka dengan lebih ketat," ujarnya.
Menurut Dr. Sarah, meskipun pemanis buatan umumnya dianggap aman, beberapa jenis pemanis tidak direkomendasikan. Misalnya, sakarin diketahui dapat melewati plasenta dan menumpuk dalam janin, bahkan dalam jumlah kecil. Oleh karena itu, wanita hamil disarankan untuk menghindari pemanis ini. Berbeda halnya dengan aspartam dan sukralosa yang biasanya dianggap aman, namun masih dalam batas konsentrasi normal.

Pentingnya memeriksa label minuman sebelum dikonsumsi juga ditekankan oleh Dr. Sarah. Menurutnya, tidak semua produk mencantumkan kandungan dengan jelas. "Kita sering melihat ibu menyusui lebih terbuka untuk beragam pilihan produk makanan dan minuman. Namun, sangat penting bagi mereka untuk memeriksa dan memastikan bahwa tidak ada bahan yang bisa berdampak negatif pada bayi melalui ASI," jelasnya.
Sementara itu, Dr. Budi Santoso, seorang ahli kesehatan bayi dan anak, menambahkan bahwa efek pemanis buatan pada bayi melalui ASI masih memerlukan penelitian lebih mendalam. “Studi tentang efek jangka panjang dari konsumsi pemanis buatan selama menyusui masih terbatas. Namun, lebih baik waspada dan menghindari potensi risiko hingga ada panduan yang lebih definitif,” sarannya.

Senada dengan Dr. Budi, penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa pemanis buatan dapat mempengaruhi mikrobiota usus, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kesehatan metabolik dan sistem kekebalan tubuh. Namun, efek ini belum sepenuhnya terbukti pada manusia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta badan pengawas lainnya menetapkan anjuran batas konsumsi pemanis buatan per hari. American Dietetic Association menyatakan bahwa untuk ibu menyusui, sebaiknya memperhatikan konsumsi minuman dengan pemanis buatan dalam batas moderasi.
Keamanan pemanis buatan seperti aspartam mungkin masih lebih relevan untuk dikonsultasikan dengan dokter, terutama jika ibu menyusui memiliki kondisi khusus, seperti fenilketonuria (PKU), di mana tubuh tidak dapat memetabolisme asam amino fenilalanin yang terdapat dalam aspartam.

Bukan hanya faktor pemanis buatan yang harus diperhatikan, tetapi secara keseluruhan pola makan ibu menyusui perlu diperhatikan. Kualitas ASI sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang diterima ibu. Oleh karena itu, para dokter sangat mendorong ibu menyusui untuk memilih makanan dan minuman yang secara nutrisi lebih seimbang dan alami.
Dr. Budi juga mengingatkan pentingnya hidrasi yang cukup dengan air putih sebagai pilihan yang lebih baik. "Hidrasi yang tepat penting untuk menjaga produksi ASI yang optimal. Air putih adalah pilihan terbaik karena bebas dari kalori dan aditif," tambahnya.
Sebagai langkah preventif, para ibu menyusui diimbau untuk berkonsultasi dengan pakar kesehatan atau dokter mengenai kebiasaan makan dan minum mereka. Ini penting agar dapat menghindari risiko yang tidak diinginkan bagi kesehatan si bayi dan kesehatan ibu sendiri.
 

Terkini