JAKARTA – Pada momen bersejarah di Universitas Terbuka (UT) Jakarta, salah satu lulusan yang menarik perhatian adalah seorang penyandang disabilitas tuna daksa yang menunjukkan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk meraih pendidikan tinggi. Wisuda Periode I Tahun 2025 di UT Jakarta ini jadi saksi perjalanan inspiratif dari mahasiswa luar biasa ini.
Dalam suasana penuh haru dan bangga, ribuan mahasiswa berjubah kebanggaan menghadiri acara wisuda yang dihelat di Jakarta Convention Center. Namun, di antara lautan para lulusan, seorang individu mengilhami banyak orang dengan semangat dan tekadnya.
Adi Pratama, yang menyandang disabilitas tuna daksa sejak lahir, menjadi pusat perhatian di tengah acara ini. Pria berusia 25 tahun ini berhasil meraih gelar sarjana di bidang Ilmu Komunikasi dari Universitas Terbuka. Kesuksesannya bukan sekadar pencapaian akademis melainkan juga bukti nyata bahwa disabilitas bukanlah hambatan untuk menggapai impian.
Sejak awal, perjalanan Adi menuju kelulusan penuh dengan tantangan. Namun ia tidak membiarkan itu mematahkan semangatnya. "Bagi saya, pendidikan adalah kunci untuk membuka peluang lebih baik di masa depan. Keterbatasan fisik seharusnya tidak menjadi batasan untuk menuntut ilmu," ujar Adi dengan penuh semangat saat ditemui setelah upacara wisuda.
Adi mengaku bahwa proses kuliah di Universitas Terbuka memberikan fleksibilitas yang membantunya mengatasi berbagai kendala fisik sehari-hari. "Sistem belajar mandiri dan online di UT sangat mendukung kebutuhan saya sebagai penyandang disabilitas. Saya bisa belajar di rumah tanpa harus selalu hadir di kampus," tambahnya.
Kisah Adi juga mendapatkan perhatian dari Rektor Universitas Terbuka, Prof. Dr. Ojat Darojat, M.Bus., Ph.D. Dalam pidato wisudanya, Rektor memuji dedikasi dan kerja keras Adi. "Adi adalah contoh nyata bahwa dengan tekad dan kerja keras, segala rintangan dapat dilalui. Beliau adalah inspirasi bagi kita semua," tuturnya di hadapan ribuan hadirin.
Lebih lanjut, Prof. Ojat mengonfirmasi bahwa Universitas Terbuka terus berkomitmen menyediakan akses pendidikan bagi semua kalangan, termasuk bagi para penyandang disabilitas. "Kami percaya setiap individu berhak mendapatkan pendidikan berkualitas. UT selalu berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif," jelasnya.
Selain mendapatkan dukungan dari kampus, perjalanan Adi tidak lepas dari peran keluarganya. Orangtua Adi, yang turut hadir dalam acara wisuda tersebut, menampakkan wajah yang sarat kebanggaan. “Kami selalu percaya bahwa Adi bisa mencapai apa yang bisa dicapai teman-temannya. Dia anak yang sangat bersemangat dan tidak mudah menyerah,” ungkap sang ibu sambil menahan haru.
Adi sendiri berharap bahwa kisahnya bisa menjadi sumber inspirasi bagi para penyandang disabilitas lainnya yang masih merasa ragu untuk mengejar pendidikan. "Saya berharap teman-teman di luar sana, yang memiliki keterbatasan fisik sepertiku, jangan pernah menyerah. Setiap usaha pasti ada hasilnya. Kita punya potensi yang sama," pesannya.
Mengakhiri perjalanan di Universitas Terbuka bukan berarti ujung dari impian Adi. Kini, ia berencana untuk memanfaatkan ilmu yang diperolehnya untuk berkarier di industri media. "Saya ingin membuktikan bahwa orang seperti saya punya cerita dan peranan penting dalam masyarakat. Saya bermimpi menjadi seorang jurnalis yang menyuarakan isu-isu sosial dan juga memperjuangkan hak-hak disabilitas," pungkasnya dengan penuh motivasi.
Wisuda Periode I Tahun 2025 di UT Jakarta ini memang menjadi momen berharga tidak hanya bagi Adi Pratama, tetapi juga bagi seluruh peserta yang hadir. Cerita Adi mengajarkan kita semua bahwa keterbatasan fisik bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal untuk meraih mimpi dan harapan.
Semoga kisah inspiratif ini menjadi semangat baru bagi banyak orang untuk terus berjuang mencapai tujuan hidup mereka, apapun rintangannya.
Dengan ini, Universitas Terbuka Jakarta sekali lagi membuktikan komitmennya dalam mendukung pendidikan inklusif dan memberikan kesempatan bagi setiap individu untuk berkembang dan berhasil, tanpa melihat keterbatasan yang ada. Semoga kisah Adi bisa menjadi inspirasi luas dan menciptakan perubahan positif di lingkungan pendidikan maupun masyarakat.